KOTAJOGJA.COM – Kabupaten Kulon Progo dikelilingi pegunungan Menoreh yang banyak menyimpan misteri keindahan yang menarik untuk dikunjungi, salah satunya Kedung Kayangan. Perjalanan menuju tempat ini bagaikan perjalanan menuju surga bahasa kerennya Stairway to Heaven (salah satu hit legenda Led Zeppelin). Hamparan sawah yang luas dengan sistem terasering ditingkahi pematang sawah yang berkelok-kelok membuat perjalanan ini tidak terasa capek walau beberapa dari tim kotajogja.com harus turun menuntun sepeda karena jalan yang naik dan berliku.
Menuju ke Kedung Kayangan Kulon Progo
Jarak tempuh Kedung Kayangan dari pusat kota Jogjakarta kurang lebih 25 km. Rute untuk menuju tempat ini sangatlah mudah, ikuti saja sepanjang jalan Godean hingga sampai ujungnya di perempatan Kenteng, Nanggulan, Kulon Progo. Dari perempatan ini tetap lurus ke arah barat menuju Bukit Menoreh. Tepat di dekat sebuah SD, terdapat sebuah perempatan, ambil jalan ke arah kanan. Sekitar 50 meter, dekat Masjid, ada papan petunjuk ke Bendung Kayangan.
Dengan semangat reformasi 1998 kami akhirnya berhasil mencapai Kedung Kayangan, di tempat ini kami mendapatkan keindahan alam dengan aliran sungai berkelok penuh dengan bebatuan berukuran besar. Lalu ada bukit tinggi menjulang dan salah satu sisi dindingnya berupa dinding tegak lurus dengan tingkat kemiringan 90 derajat yang disebut juga Bukit Kayangan.
Sepanjang aliran sungai Kayangan ini dipenuhi bebatuan besar yang menjadi ciri khas dari sungai ini. Bebatuan tersebut menunjukan kebahagian dengan saling bercumbu satu dengan lainnya serta menikmati sentuhan halus aliran sungai kayangan tersebut.
Kami pun terpaksa mengganggu kemesraan mereka dengan menyeberangi sungai tersebut untuk melihat lebih dekat bebatuan yang saling bercumbu satu dengan lainnya. Namun sayang, tangan-tangan jahil manusia merusak dengan membuat mural diatasnya hingga mengurangi keindahan alami bebatuan tersebut.
Kami pun terus berjalan menyimak dan memotret bebatuan tersebut dan pada akhirnya saya mendapatkan satu batu besar yang memiliki motif bersisik seperti ikan, kami pun menyebutnya batu bersisik. Batu tersebut memiliki perbedaan motif dengan bebatuan yang tersebar di aliran sungai ini. Motifnya bersisik kasar dan tidak halus, kami pun sempat bertanya kepada penduduk setempat adakah cerita legenda di balik batu tersebut? Mereka pun kompak menjawab tidak tahu menahu. Pada akhirnya, perhatian kami tertuju pada Bukit Kayangan yang tinggi menjulang dan menjadi ciri khas Kedung Kayangan ini. Bukit dengan ketinggian 100 meter ini merupakan daya tarik terbesar bagi masyarakat luas yang berkunjung di tempat ini. (aanardian)