KOTAJOGJA.COM – Menyusuri jalanan yang berada di tengah-tengah hamparan sawah yang menghijau luas memberikan sesuatu yang beda dari kegiatan bersepeda di jalanan perkotaan. Minggu, 06 April 2014, tim kotajogja.com bergowes di daerah Girimulyo Kulon Progo menuju di Kedung Kayangan yang terkenal dengan Bukit Kayangan.

Perjalanan kami mulai dari Jalan Godean kilometer nol hingga berakhir di perempatan Kenteng, Nanggulan, Kulon Progo. Dalam perjalanan ini kami tidak menemukan kendala berarti sampai di perempatan Kenteng, namun setelah melewatinya baru merasakan beratnya menaiki jalan yang menanjak dan berkelok. Akhirnya kami pun harus turun dari sepeda untuk menuntunnya naik secara perlahan. Hembusan angin pagi yang segar dan pemandangan hamparan sawah luas membuat kami tetap bersemangat untuk melanjutkan perjalanan menuju Kedung Kayangan.
bendungan-kayangan-5
Kami sempat berhenti ketika perut keroncongan dan tenggorokan kering di sebuah warung kelontong. Rasa haus dan dahaga sudah dituntaskan, kami pun melanjutkan perjalanan dengan kondisi badan sudah terisi amunisi. Kurang lebih 15 menit dari warung kelontong tersebut, akhirnya roda sepeda membawa disebuah tempat yang menjadi tujuan kami yaitu Bendungan Kayangan.

Sesampainya di tempat tersebut, kami langsung meluapkan kebahagiaan seperti Clark Kent lama tidak berjumpa dengan Lois Lane. Kami pun langsung turun dari sepeda, menyeberangi sungai untuk melihat lebih dekat Bukit Kayangan yang menjadi topik hangat pembahasan kami. Berjalan pelan dan ditingkahi lompat batu dari satu batu ke yang lainnya akhirnya berhasil mengambil gambar bukit tersebut.

bendungan-kayangan-3 Bukit Kayangan termasuk dalam kawasan Bendungan Kayangan yang merupakan tempat bertemunya dua Sungai Ngiwa dan Sungai Gunturan yang berhulu di Gua Kiskendo dan daerah Purworejo. Pembuatan Bendungan ini difungsikan sebagai sumber air irigasi bagi pertanian desa Pendoworejo yang masih memiliki luas lahan berhektar-hektar.  Sebagai hulu dari irigasi di desa Pendoworejo, bendungan Kayangan dibangun secara permanen pada masa pemerintahan Belanda dan masih berfungsi sampai sekarang ini walau sudah nampak kerusakan dimana-mana.

Bagi Suranto (56), salah satu petani di desa Pendoworejo, mengatakan bahwa bendungan Kayangan masih berfungsi hingga sekarang ini merupakan anugerah yang harus disyukuri. Saluran irigasi bendungan Pendoworejo mampu mengairi berhektar-hektar sawah dengan daya jangkau yang jauh hingga keluar desanya. Hal ini juga di amini oleh Purwono salah satu penggiat Gapoktan dari desa Pendoworejo yang selama ini merasakan manfaat dari Bendungan Kayangan. Keduanya pun sempat mengutarakan harapannya kepada Pemerintah Kabupaten Kulon Progo agar Sungai Kayangan dinormalisai dikarenakan saat ini bendungan sudah terisi oleh material kali. (aanardian)