KOTAJOGJA.COM – Sejak kelahiran Nabi Adam dan Siti Hawa, kodrat manusia dilahirkan sebagai Khalifah di muka bumi ini dari berbagai tingkatan kehidupan, mulai dari ruang lingkup rumah tangga, RT/RW, hingga negara. Dalam proses perjalanan hidupnya setiap manusia melewati masa kanak-kanak yang dipenuhi dengan dunia permainan serta keceriaan anak-anak pada umumnya.
Mari kita kembali membuka halaman kehidupan kita di masa kecil. Kita tidak lupa bagaimana semasa kanak-kanak kita bermain dengan permainan dari olahan kita sendiri. Pada masa tersebut bermain bukanlah hal yang membuang waktu, karena pada masa tersebut kita melakukan penciptaan permainan dari nol hingga jadi. Hal tersebut merupakan bentuk pembelajaran bagaimana kita dilatih untuk mengembangkan kreativitas kita dalam membentuk sebuah mainan yang kita gunakan sendiri untuk bermain.
Untuk saat ini hal yang kita lakukan tersebut sudah jarang kita ketemui, bagaimana anak-anak bermain dengan mandiri memanfaatkan sumber daya di sekitar kita. Kenangan manis atas mainan tersebut akhirnya membawa tim kotajogja.com ke sebuah tempat dimana kami menemukan memori tersebut.
Dusun Pandes itulah tempat yang kami kunjungi, sebuah dusun yang berada di wilayah administrasi desa Panggungharjo, Sewon, Bantul yang lokasinya di sebelah utara desa Prancak dan di sebelah selatan desa Pelem Sewu. Di tempat ini kami banyak temukan hal yang berbeda dengan daerah lain, di sini kita bisa melihat beberapa permainan kreatif yang dibuat dari bahan-bahan alami yang mudah kita jumpai seperti, bambu, daun kelapa atau janur serta sapu lidi sebagai bagian dari sebuah permainan.
Kami menyempatkan mampir di salah satu rumah pembuat mainan di dusun Pandes, kami melihat berbagai permainan seperti kitiran (baling-baling) kertas bersusun dan berwarna-warni, sangkar-sangkar kecil dari bambu dan beberapa patung burung kecil dari bahan lilin. Salah satu dolanan anak buatan Dusun Pendes yang terkenal yakni “wayang kertas”. Yang unik mainan ini adalah setiap karakter wayang kertas dibuat tanpa pola. Jadi lembaran kertas langsung dipotong dengan menggunakan gunting hingga membentuk karakter tokoh wayang seperti yang diinginkan.
Perjalanan waktu akhirnya membuat regenerasi pembuatan permainan tradisional semakin berkurang dan bisa dikatakan berhenti begitu saja. Inilah tantangan kita untuk tetap melestarikan permainan tradisional yang merupakan warisan besar bagi bangsa Indonesia.
Kita bisa melestarikannya dengan cara kita masing-masing, kita berkunjung di dusun ini mengajak teman-teman kemudia kita upload hasil kunjungan kita, atau kita melakukan reportase ala jurnalisme warga dan tak lupa kita laporkan hasil liputan tersebut melalui media sosial baik twitter, facebook, flickt dan masih banyak lagi yang kita perbuat. Kalau bukan kita sendiri siapa lagi yang bisa melakukan ini? (aanardian/kotajogja.com)