Bripka Suladi, seorang anggota polisi di Polres Malang Kota ini memang patut dijadikan teladan. Pasalnya usahanya untuk mendapatkan penghasilan tambahan patut diacungi jempol. Ketika banyak polisi-polisi nakal yang mencari keuntungan lewat uang suap, Bripka Suladi justru lebih memilih memulung untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
Pria berusia 57 tahun ini sudah menjadi polisi sejak tahun 1977. Setiap harinya ia berangkat dari rumahnya pada pukul 5 pagi menuju Mapolres Malang kota mengendarai sepeda ontelnya. Kemudia ia mengikuti apel, dan bertugas mengatur lalu lintas. Setelahnya, Bripka Suladi berdinas di Kantor Satpas sebagai petugas penguji dan pengurus administrasi SIM. Seusai jam dinasnya selesai, ia berganti baju dan menggowes menuju tempat ‘dinas’nya yang lain.
Berjarak sekitar 200 meter dari Kantor SIM, Bripka Suladi sudah ditunggu bertumpuk-tumpuk plastik berisi sampah yang diletakan di sebuah ruangan pengap dengan pencahayaan minim. Sehari-harinya, ia dibantu oleh anak keduanya, Rizal Dimas, dan dua orang temannya.
Setiap harinya, sampah yang berasal dari sekitaran Stasiun Kota Baru Malang diangkut dengan pick up menuju rumah kosong tersebut, yang nantinya akan dipilah langsung sendiri oleh Suladi, apakah sampah botol, kantong plastic, atau kardus. Mobil pick up itupun juga dibeli dari hasil memulung. Setiap harinya, setidaknya Suladi mendapatkan keuntungan 25.000-50.000 rupiah.
Lebih Memilih Memulung
Pekerjaannya di ‘lahan basah’ sebagai petugas pengurusan SIM memang membutuhkan tameng yang kuat. Ia tetap berprinsip untuk bekerja jujur meski kondisi ekonomi keluarganya kembang kempis untuk menghidupi istri dan ketiga anaknya, serta membayar cicilan bank.
Suladi pun tak lekas gelap mata, apalagi dengan kondisinya yang terlilit hutang bank yang digunakan sebagai modal usahanya yang nilainya hingga ratusan juta. Modal pinjaman tersebut ia gunakan untuk menjual bensin eceran. Namun sayang, usahanya kandas karena terbakar.
Namun Suladi tidak menyerah, ia mencoba peruntungannya di bisnis sepatu, mebel, hingga barang-barang elektronik. Sayangnya, nasib baik masih belum berpihak kepadanya. Terakhir bisnis barang elektroniknya itu kandas karena ditipu oleh temannya. Namun Suladi tidak menggunakan jabatannya sebagai polisi untuk menuntut temannya. Ia menganggap bahwa usaha tersebut masih belum rezekinya.
Anak-anak Suladi pun tidak ada yang malu memiliki ayah seorang polisi sekaligus tukang rongsokan. Bahkan mereka bangga dengan Suladi. Suladi memang selalu mengajarkan anak-anaknya untuk bekerja keras, bekerja halal, dan tanpa rasa minder. (hika/kotajogja)
(sumber foto : Fanpage Suara Rakyat)