KOTAJOGJA.COM – Kegigihan dan semangat pantang menyerah dari Prof. Drg. RG. Indroyono dan Prof. Ir. Moeso Soeryowinoto merupakan tonggak awal keberlangsungan Museum Biologi UGM hingga sekarang ini. Perjuangan menyatukan kedua museum yang mereka miliki adalah bukti otentik kedua guru besar UGM ini mendharma bhaktikan ilmunya bagi masyarakat luas. Saat awal perintisan museum ini, beliau berdua mengelola secara terpisah, Prof. Drg. R.G. Indroyono dengan museum zoologicumnya, Prof. Ir. Moeso Soeryowinoto menggawangi museum herbarium.
Kegigihan beliau berdua akhrinya mendapatkan perhatian dari Dekan Fakultas Biologi Ir. Suryo Adisewoyo, bertepatan dengan Dies Natalis Fakultas Biologi UGM, berkat semangat dan kegigihan kedua sahabat tersebut, pihak Dekanat Fakultas Biologi UGM memberikan apresiasi dengan merenovasi museum ini serta dibuka untuk umum. Tepat tanggal 20 September 1969 diresmikanlah museum ini oleh Rektor UGM, Prof. Drg. R.G. Indroyono, dan Drs. Anthon Sukahar selaku ketua tim pelaksana. Tanggal 1 Januari 1970 museum ini resmi dibuka untuk masyarakat umum.
Di usianya yang ke-44, Museum Biologi UGM mengalami pasang surut di perjalananannya menjadi salah satu wahana ilmu pengetahuan di wilayah DIY dan sekitarnya. Dedikasi serta loyalitas terhadap ilmu pengetahuan membuat museum ini terus berdiri, selain itu berkat kerja keras dan semangat untuk bermanfaat bagi masyarakat para pengurus Museum Biologi UGM bertekad untuk terus menjaganya.
Museum Biologi UGM terdiri dari delapan ruangan yang diisi dengan berbagai koleksi diorama yang berisikan jenis-jenisĀ hewan yang telah diklasifikasikan, bahkan ruang selasarnya pun dijadikan ruang pameran yang berisi berbagai macam hewan dari karnivora, herbivora hingga omnivora. (aanardian/kotajogja.com)