“COBAAN GUSTI ALLAH”
Assalammualaikum wr. wb.
Semoga kedamaian, keberkahan, dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai kita semua,
Para warga Yogyakarta, juga anak-anakku yang sedang belajar di rumah,
Saudara-saudaraku semuanya,
SAYA, Hamengku Buwono, pada hari-hari ini yang sarat akan ketidakpastian, yang digambarkan oleh Pujangga Wekasan, Ranggawarsito, dalam Serat Kalatidha, suasana tidha-tidha yang sulit diramal, penuh rasa was-was, saya mohon para warga agar bersamasama memanjatkan doa ke haribaan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, agar kita diberi petunjuk di jalan lurus-Nya, kembali pada ketenteraman lahir dan batin.
Di masa tanggap darurat bencana virus corona ini, kita harus menghadapinya dengan sikap sabar-tawakal, tulus-ikhlas, pasrah lahir-batin, disertai ikhtiar yang berkelanjutan. Sama seperti juga bagi saya, yang berkewajiban menjadi pamong praja beserta pamomong rakyat Yogyakarta, harus berpegang teguh pada ajaran Jawa: “Wong sabar rejekine jembar, Ngalah urip luwih berkah”.
Suasana dualistis ini ibarat mata uang logam, di balik “bahaya” ada “peluang”, bagaikan pedang bermata dua, bisa untuk “membunuh musibah” atau “bertahan hidup”. Islam mengajarkan, di balik cobaan hari ini selalu ada berkah yang datang kemudian. Kemudahan memang tampak enak, dan bisa membuat orang terlena. Di mana seorang pengemudi mobil mengantuk? Bukan di jalan sulit dan sempit, tetapi di jalan raya yang mulus. Pepatah Jawa mengatakan: “kêsandhung ing râtâ, kêbêntus ing tawang”.
Waspada, melalui kebijakan “slow-down”, sedapat mungkin memperlambat merebaknya pandemi penyakit corona, dengan cara reresik diri dan lingkungannya sendirisendiri. Kalau merasa kurang sehat harus memiliki kesadaran dan menerima kalau wajib “mengisolasi diri” pribadi selama 14 hari sama dengan masa inkubasi penyakitnya. Jaga diri. Jaga keluarga. Jaga persaudaraan. Jaga masyarakat, dengan memberi jarak aman, dan sedapat mungkin menghindari keramaian jika memang tidak mendesak betul. Bisa jadi kita merasa sehat, tapi sesungguhnya tidak ada seorang pun yang bisa memastikan bahwa kita benar-benar sehat. Malah bisa jadi kita yang membawa bibit penyakit. Karena itu saya mengingatkan pada pepatah Jawa lagi: “Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan”. Pesan saya singkat: ”Waspadalah dan berhati-hatilah Saudara-saudaraku!”
Doaku buat seluruh warga: “Sehat, sehat, sehat!”. Semoga Gusti Allah berkenan meridhai-Nya. Aamiin.
Terima kasih.
Wassalamualaikum wr. wb.
KARATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT,
Senin Pon, 23 Maret 2020, 28 Rejeb taun Wawu 1953
HAMENGKU BUWONO X