KOTAJOGJA.COM – Keterbatasan bukanlah alasan untuk berhenti bermimpi dan berjuang untuk mewujudkannya. Mengalami keterbatasan adalah ujian bagi seseorang atau kaum dalam mengoptimalkan kemampuannya melebihi batas maksimal dalam dirinya. Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari keterbatasan yaitu kemampuan melewati rintangan dengan keberanian terukur.
Keterbatasan adalah sebuah anugerah yang menjadi pemicu bagi warga RW.05 Patehan, Kecamatan Kraton untuk bersikap positif dalam mensikapinya. Keterbatasan lahan kosong di kampung ini disikapi dengan pikiran yang lapang serta komunikasi yang terjalin secara aktif antar warga di kampung ini.
Ditengah keterbatasan lahan terbuka di Kota Yogyakarta, warga RW.05 Patehan Kecamatan Kraton yang tergabung dalam Kelompok Tani Gading Sari berinisiatif mengubah lingkungannya menjadi Kampung Sayuran secara swadaya.
“Sebagai langkah pertama, warga sepakat membangun kebun induk untuk pembibitan. Awalnya hanya ditanami sayuran yang mudah tumbuh seperti kangkung dan sawi. Akan tetapi, kini sudah ditanami beragam sayuran. Mulai dari cabai, terong, seledri, kubis, kol dan lain sebagainya,” ungkap Muhammad Sofyan Ketua RW.05 Patehan Kecamatan Kraton.
Keberadaan kebun induk untuk pembibitan di RW.05 Patehan Kecamatan Kraton ini tidak lepas dari dukungan dan pelatihan dari Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) tentang teknik bertanam yang benar.
Dengan adanya program Kampung Sayuran di wilayahnya, Endang Retno Udianingsih, seorang warga RW.05 Patehan merasakan begitu banyak manfaat yang didapat. “Kami para ibu, mendapat banyak kesempatan untuk bersosialisasi sekaligus memperkenalkan kepada anak-anak berbagai macam sayuran. Beberapa kali kegiatan bercocok tanam, anak-anak terlibat langsung dan mempelajari berbagai jenis sayuran sejak usia dini,” aktifis pengajar di Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) di Patehan.
Program tersebut diawali dengan adanya bantuan dana stimulan pengembangan RW dari Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian (Disperndagkoptan) Kota Yogyakarta sebesar Rp 3 juta. Namun, karena dalam pengembangannya dibutuhkan dana yang lebih besar, akhirnya warga patungan. Namun, baru tiga bulan program itu dijalankan, warga sudah berhasil menggaet pihak-pihak luar untuk ikut menggalakkan program yang sama.
Sejak diawali pada Januari 2012 lalu, ungkap Sofyan, beberapa jenis sayur sudah dipanen. Hasil panen tersebut juga untuk dikonsumsi oleh warga sendiri. Akan tetapi, jika nanti semakin berkembang, maka harapannya bisa menjadi alternatif wisata berupa kampung sayur di tengah perkotaan. Hasil panennya juga dapat dijual untuk menambah penghasilan keluarga. (aanardian/kotajogja.com)