KOTAJOGJA.COM – Satu persatu titik dibuat menjadi satu pola, dan satu pola dibuat menjadi satu gambar yang terangkai menjadi satu motif batik. Dengan lincah mereka membuat sebuah pertunjukan tarian dengan media kain sebagai panggung mereka. Gerakan membalikkan badan dengan mencelupkan canting ke dalam wajan menjadi komposisi gerak indah dari para pembatik Desa Wisata Giriloyo. Mengetuk canting secara halus di tepian wajan yang berisi malam (lilin cair untuk membatik) yang diletakkan di atas kompor kecil di tengah mereka, kemudian kembali meneruskan pola diatas kain tersebut. Obrolan renyah mengalir mewarnai suasana mereka yang sedang bekerja.

Masih di tempat yang sama di bagian belakang, kesibukan merendam untuk pewarnaan batik pun juga berlangsung. Kain batik di masukkan kedalam cairan pewarna dengan perlahan. Setelah semuanya masuk, cairan tesebut di aduk agar meresap pada seluruh kain tersebut. Kain diangkat kemudian dibentangkan untuk meniriskan cairan yang meresap di kain tersebut, setelah itu lembaran kain itu kembali dilipat dan dijemur.

Membubuhkan Malam Pada Batik
Membubuhkan Malam Pada Batik

Asal usul tradisi batik di wilayah Yogyakarta dimulai sejak masa kerajaan Mataram Islam pada paruh keempat abad 16 yang pusatnya terletak di seputaran kawasan Kotagede dan Plered. Namun, masih terbatas dalam lingkungan keluarga kraton yang dikerjakan oleh wanita-wanita abdi dalem. Pada perkembangannya, tradisi batik meluas ke kalangan kraton lainnya, yakni istri para abdi dalem dan prajurit. Ketika rakyat mengetahui keberadaan kain bercorak indah tersebut, lambat laun mereka menirunya dan tradisi batik pun mulai tersebar di masyarakat. Desa-desa yang berdekatan dengan makam raja-raja Imogiri ini, lebih dari seabad lalu memiliki perempuan perajin batik yang andal. Berdasarkan buku Out Of Indonesia, Collaborations of Brahma Tirta Sari, tingginya kebutuhan kalangan keraton akan busana-busana upacara berupa batik tulis buatan tangan membuat sentra kerajinan ini terus berkembang pesat (Kompas, 1 November 2005).

Bu Imaroh pemilik sentra batik Sri Kuncoro membenarkan tradisi batik tulis yang sudah berlangsung lama secara turun temurun. Beliau juga menceritakan pengalamanya memulai membatik sedari usia remaja hingga sekarang ini. “Sejak masih kecil saya sudah terbiasa dengan kegiatan membatik hingga mampu memiliki sentra batik sendiri,” ungkapnya.

Proses Pewarnaan Batik
Proses Pewarnaan Batik

Lokasi Desa Wisata Giriloyo

Secara administratif Giriloyo adalah sebuah dusun yang berada dibawah Desa Wukirharjo, Kec Imogiri, Kabupaten Bantul DIY.  Dibawah kaki bukit Imogiri yang terkenal dengan makam-makam Raja Mataram Islam. Untuk mencapai dusun Giriloyo adalah hal mudah karena tidak jauh dari Terminal Pusat Giwangan.

Di desa Giriloyo kita tidak hanya berburu batik tulis asli, di sini kita bisa mengetahui batik asli langsung dari para perajinnya.  Dan anda juga bisa memanjakan lidah anda menikmati menu makanan khas daerah ini yang sangat menggoda lidah seperti pecel kembang turi, wedang uwuh, rempeyek super gede dan menu khas lainnya. Apabila anda ingin wisata kuliner lain , ”sate klathak” yang masyhur itu maka di sepanjang jalan Imogiri Timur tak jauh dari Giriloyo banyak warung yang menjajakannya. Tak pelak, Giriloyo kini menjadi desa andalan berwisata ataupun belajar batik yang mendunia. (aanardian/kotajogja.com)

Lokasi: Karangkulon, Giriloyo, Wukirsari, Imogiri Bantul DIY

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here