Komunitas Jogja Garuk Sampah

0
2095

Sampah merupakan salah satu masalah penting yang perlu dipikirkan dan dicari jalan keluarnya. Hampir semua kota besar di Indonesia, termasuk Yogyakarta, memiliki masalah yang cukup rumit dengan sampah ini.

Hal itulah yang menyentil Bekti Maulana, Koordinator Jogja Garuk Sampah, untuk melakukan beberapa gerakan perubahan.

Bersama warga Jogja yang peduli akan lingkungan di Jogja, maka lahirlah sebuah gerakan masyarakat yang mengatasnamakan dirinya Jogja Garuk Sampah. Jogja Garuk Sampah sendiri telah berjalan sejak Januari 2015 lalu, dan terus melakukan upaya dan mencari jalan keluar agar masalah sampah di Jogja bisa terpecahkan.

Cukup banyak keluhan para pendatang yang mengeluhkan kondisi yang kotor dan banyaknya sampah yang berserakan di Kota Budaya ini. Terutama sampah-sampah yang ada di ruang publik dan tempat-tempat wisata yang ada di Jogja.

Para inisiator JGS yang notabenenya adalah warga Jogja asli pun merasa geram. Oleh karena itu mereka bergerak bersama untuk mencari solusi tentang kondisi lingkungan di Jogja.

Awalnya komunitas JGS melakukan pungut sampah menggunakan tangan kosong di wilayah Kota Yogyakarta, Sleman, dan Bantul. Kini sekali gerak ada 30 hingga 50 orang berkumpul. Bahkan pernah sampai 100 orang. Sekali gerak, setidaknya JGS bisa mengangkut lima hingga enam karung sampah yang berukuran 40 x 120 cm. Bahkan pernah hingga 21 karung sampah terangkut dalam sekali gerak.

Dari berbagai macam sampah, sampah visual merupakan salah satu yang paling banyak mereka garuk. Hampir 30% dari total sampah yang mereka garuk adalah sampah visual yang diambil dari tiang-tiang apill, tiang listrik, tembok, dan lainnya.

Menurut Bekti, hal ini menunjukan masih belum banyak yang sadar akan adanya sampah visual. Kebanyakan pemasang iklan tersebut illegal, hanya sedikit yang memiliki izin. Padahal sudah jelas ada Perda dan Perwa mengenai iklan tata ruang.